Minggu, 11 Oktober 2015

Esai bahasa dan budaya.


Bahasa yang Kian Memudar
(oleh: Rahmi Eka Puteri Yusuf)
Bahasa merupakan media komunikasi anatar individu dalam interaksi sosial. Selain itu bahasa juga merupakan lambang identitas suatu negara. Berbicara bahasa, Indonesia merupakan negara kedua yang memiliki keanekaragaman bahasa didalamnya. Walaupun memiliki aneka ragam bahasa tentu Indonesia memiliki baha\sa Nasional yang merupakan bahasa resmi sebagai bahasa pemersatu yaitu Bahasa Indonesia.  Saat ini pengguna bahasa nasional masih dalam jumlah yang ideal (ingat! Untuk saat ini). Namun berbeda halnya dengan pengguna bahasa daerah yang justru kini sudah jarang ditemui. Hal ini sesuai dengan data dari UNESCO  mengenai kepunahan bahasa daerah ditiap-tiap negara.  Berdasarkan data lembaga internasional  UNESCO memperkirakan  sekitar 3000 bahasa daerah akan punah pada akhir abad ini. Selain itu National Geographic  merinci lagi bahwa ada 1 bahasa ibu(daerah) yang punah setiap 14 hari. Di banyak tempat di dunia, bahasa ibu(daerah) sedang berjalanmenuju kepunahannya. Di Indonesia sendiri tak kurang ada 47 bahasa daerah terancam punah dengan jumlah penutur hanya tersisa 1-100 orang.
Harus kita akui bahwa saat ini penutur atau pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar memang masih dalam kategori ideal. Namun, tak jarang kita menemukan khususnya kaum muda yang kurang menggunakan bahasa indonesia dalam interaksi sosial kehidupan sehari-hari.  Hal ini dikarenakan banyaknya kaum muda yang lebih senang berbahasa sesuka hati mereka, entah itu bahasa daerah mereka, bahasa asing, atau bahasa lainnya yang dianggap lebih gaul dibanding berbahasa Indonesia. Padahal, tanpa mereka sadari ketidakpedulian terhadap penggunaan bahasa Indonesia nantinya akan berdampak buruk bagi bangsa ini. Mengapa demikian? Karena bahasa sebagai media komunikasi sangat erat kaitannya dengan proses interaksi yang terjadi di masyarakat. Jika ragam bahasa asing ataupun bahasa planet lainnya lebih sering digunakan dibanding bahasa Indonesia, sudah dipastikan interaksi sosial yang nantinya terjalin tidak meluas serta informasi tidak tersampaikan dengan baik.  Bagaimana bisa tersampaikan secara luas,  jika tiap orang menggunakan bahasa yang hanya dirinya serta golongannya saja yang tahu. Misalnya, di zaman sekarang kaum muda banyak membentuk komunitas idola atau yang dikenal dengan funsclub, dan ironisnya idola mereka adalah selebriti luar negeri yang memungkinkan mereka untuk turut serta mengerti bahasa negara idolanya jika ingin memahami sang idola. Sehingga, agar dikira keren dan hebat oleh teman sesama komunitas masing-masing diantara mereka saling berlomba-lomba menguasai bahasa asing dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain berkurangnya penggunaan bahasa nasional dikalangan kaum muda bangsa Indonesia, saat ini banyak kaum muda yang tidak lagi mengenal bahasa daerah mereka sendiri entah karena banyaknya ragam bahasa yang ada atau karena takut dianggap katro, ndeso, ataupun kampungan. Jika banyak kaum muda yang berpendapat demikian maka sudah bisa dipastikan, beberapa tahun kedepan secara perlahan-lahan indonesia akan kehilangan kekayaan ragam bahasanya. Bahkan jika banyak kaum muda yang nantinya tidak lagi menerapkan bahasa nasional(bahasa Indonesia), pasti dan tentu bahasa Indonesia dan ragam bahasa daerah di dalamnya akan luntur dan hilang dari peradaban dunia.
Hal ini tidak bisa terus dibiarkan, jika demikian negara ini tentu akan kehilangan jati diri atau identitas diri sebagai suatu bangsa. Jika sampai bahasa pemersatu dan bahasa daerah memudar atau bahkan tak dikenal lagi, apa yang nantinya akan dijadikan pengakuan anak cucu kita atas negara atau bangsa  ini. Sehingga itu bahasa-bahasa ini perlu dilindungi, dijaga, serta dilestarikan. Ada berbagai macam upaya yang dapat dilakukan. Pertama, dengan membiasakan diri menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, contoh kecil misalnya pada input bahasa dalam pc atau gadjet anda. Anda bisa mengubah input bahasanya menjadi bahasa Indonesia, sehingga kita akan terbiasa melihat dan tanpa sadar akan mengungkapkannya dalam interaksi sosial sehari-hari. Kedua, dengan meng-adakan suatu bidang studi yang berbasis “Pengenalan serta Pemahaman Bahasa”. Karena Indonesia memiliki ragam bahasa daerah, tentu tidak hanya bahasa nasional atau bahasa pemersatu saja yang perlu dikenalkan seperi pengenalan bahasa Indonesia dalam Pendidikan Bahasa Indonesia, namun perlu juga bidang studi yang mengenalkan bahasa daerah misalnya melalui Pendidikan Bahasa Daerah. Dengan tujuan agar generasi-generasi baru mengenal dan memahami bahasa nasional serta bahasa daerah masing-masing.
Tidak hanya kedua upaya diatas yang kita bisa lakukan, banyak hal lainnya seperti pengadaan seminar mengenai kebahasaan, kemudian mengadakan kegiatan-kegiatan kebahasaan seperti menulis, berpidato, atau cipta baca puisi menggunakan bahasa indonesia maupun bahasa daerah. Serta turut berpartisipasi dan memberi apresiasi terhadap upaya-upaya pelestarian bahasa, misalnya turut meramaikan Hari Peringatan Bahasa Ibu Internasional.
            Kesimpulannya, bahasa yang sejatinya merupakan media komunikasi serta dianggap sebagai indentitas suatu negara sangat perlu untuk dilestarikan. Banyak upaya yang dapat dilakukan, namun yang terpenting adalah bagaimana kita mengimplementasikannya dalam kehidapan sehari-hari. Sehingga bahasa tersebut akan terus hadir dan dikenal oleh generasi-generasi lainnya.
Akan tetapi tak menutup kemungkinan pengenalan bahasa asing atau bahasa internasional juga dibutuhkan sebagai bekal dalam menghadapi kehidupan global mendatang. Mengenal hal baru tentu dibolehkan, namun jangan sampai melupakan sesuatu yang hakekatnya merupakan kewajiban untuk kita.